Material longsor sempat menutup rel kereta api (KA) di mulut terowongan Karangkates, Malang. Perum Jasa Tirta (PJT) I langsung menerjunkan tim untuk mengevaluasi penyebab longsor tersebut.
Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan, mengatakan, terowongan ini ada di bawah pengelolaan PT KAI Daop 8 Surabaya. Namun, karena terowongan ini berlokasi di sekitar Bendungan Karangkates di bawah naungannya, pihak PJT I akan turun langsung menyelidiki.
“Yang pertama kami dari Perum Jasa Tirta 1 telah berkoordinasi dengan PT KAI Daop 8 untuk dapat mengevaluasi penyebab longsoran yang terjadi di mulut terowongan Karangkates,” kata Raymond dalam konferensi pers virtual, Rabu (19/10/2022).
Tim ini, lanjut Raymond sudah diterjunkan sejak pagi ini. Mereka akan mengidentifikasi risiko apa yang akan terjadi ke depannya. Setelah teridentifikasi, hasil temuannya akan dilaporkan ke Kementerian PUPR.
“Koordinasi akan ditindaklanjuti pagi ini untuk mengidentifikasi risiko yang akan terjadi ke depannya, semoga hal ini tidak terulang lagi dan kita akan memetakan langkah apa yang kita lakukan untuk melindungi terowongan,” imbuhnya.
Raymond menambahkan, tim ini juga terdiri dari sejumlah pihak. Tak lupa, pihaknya menggandeng PT KAI Daop 8 Surabaya hingga sejumlah ahli dari universitas, salah satunya ahli teknik sipil untuk melihat konstruksi terowongan pascabencana longsor.
“PT KAI telah melakukan evaluasi terhadap keamanan jalur KA tersebut, Perum Jasa Tirta menurunkan tim untuk mengevaluasi secara fisik apakah longsoran akan menimbulkan dampak yang lain atau tidak. Tim juga diikuti sejumlah ahli, mulai dari ahli geologi dan teknik sipil untuk melihat apakah itu membahayakan atau tidak,” jelas Raymond.
Dalam kesempatan ini, Raymond menjelaskan, di Bendungan Karangkates ada dua terowongan. Yakni Terowongan Karangkates 1 dengan panjang 850 meter dan sambungannya Terowongan Karangkates 2 yang memiliki panjang 600 meter.
Sementara saat disinggung soal kondisi curah hujan di Bendungan Karangkates hingga menyebabkan longsor, Raymond menyebut curah hujannya cenderung rendah. Namun, pihaknya akan menyelidiki apakah ada perubahan lingkungan di sekitar bendungan yang menjadi salah satu penyebab longsor.
“Hujan yang jatuh di area Bendungan Karangkates tidak terlalu tebal seperti di Blitar, Trenggalek yang hari ini siaga banjir. Tidak lebih dari 20-30 mm dalam sehari,” ungkapnya.
“Tapi kami segera menimimalisasi risiko, segera perlu dievaluasi daerah di sekitar terowongan, misalnya ada perubahan drainase lahan atau ada keretakan yang menyebabkan longsoran tersebut. Yang kita khawatirkan mengapa terjadi longsoran saat curah hujan tidak sedang tinggi,” pungkasnya.
Add a Comment