Kopi Selo Parang namanya, salah satu mitra binaan Jasa Tirta I. Kopi yang diproduksi Wong Tani Sumber Lancar di Dusun Gagar RT 17 RW 07 Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang sudah tidak bisa diragukan lagi cita rasanya. Kopi jenis robusta ini mempunyai rasa yang pahit dan memiliki kandungan gula yang lebih sedikit dibandingkan kopi arabika dan memiliki tingkat kafein yang lebih tinggi.
Kopi hasil budi daya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) binaan Jasa Tirta dari kerjasama Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini juga mengembangkan beberapa varian mulai dari kopi robusta, kopi robusta fermentasi, kopi lanang, kopi arabica dan kopi excelso.
Kopi Selo Parang dirintis sejak 2019 lalu oleh Siswanto dan Yeti Ratnaningsih yang merupakan petani kopi di daerah Ngantang, Kabupaten Malang. Pasangan suami istri ini mengaku tertarik menerjuni dunia kopi sejak lama, namun keseriusannya untuk menggeluti kopi hingga memberikan nama kopi Selo muncul beberapa tahun terakhir.
Menurutnya, kopi milik mereka dinamakan Selo Parang dikarenakan lahan kopi miliknya yang menyewa lahan Perhutani seluas 2 hektar ini berada di tepi tebing yang dipenuhi oleh bebatuan. “Selo parang diambil dari nama lokasi kebun kopi yang mana Selo berarti batu sedangkan parang berarti tebing atau bisa diartikan yang lain yaitu senjata, karena perkebunan berada di tebing batu maka saya namanya kopi Selo parang,” tutur Siswanto dirumahnya, Sabtu (10/6/2023).
Karena kegigihannya, saat ini usaha kopi itu, terus berkembang dan berhasil mengangkat ekonomi keluarga. “Alhamdulillah sudah dikirim ke beberapa wilayah, mulai dari Malang raya, Probolinggo, Pasuruan, Surabaya dan beberapa wilayah lainnya di Jawa Timur,” imbuhnya. Ia mengaku, usahanya berkembang setelah mendapat bantuan modal usaha dan pembinaan dari Perum Jasa Tirta 1 sejak 2021.” Usaha kami berkembang setelah ada pembinaan dari PJT I mulai dari produksi, permodalan hingga pemasaran,” katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, dalam setahun, kebun seluas dua hektar ini mampu menghasilkan 12 ton biji kopi. ” Kopi yang saya jual ini tidak sembarangan karena saya menjual kopi murni yang sudah diproses melalui sistem modern dan bantuan alat dari PJT I,” ungkapnya.
Diceritakan, jika usaha kopi Selo parang yang digelutinya selama ini sempat tersendat karena pandemi Covid 19 lalu. “Pandemi Covid 19 membuat usaha ini hampir guling tikar, namun karena semangat dan dukungan berbagai pihak terutama PJT 1 membuat kami kembali pulih dan tetap bertahan,” ucapnya.
Meskipun saat ini harga kopi cukup manis sehingga petani kopi bisa merasakan hasil yang bagus. Salah satu petani Siswanto mengaku beberapa tahun sebelumnya kopi dihargai murah.”Dahulu sekilonya hanya Rp 70 ribuan sekarang sudah naik dua kali lipat sebesar Rp 120 ribu hingga Rp150 ribuan,” ungkap Siswanto
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Operasional Perum PJT I, Bapak Milfan Rantawi menyampaikan bahwa Kopi Selo Parang yang merupakan UMKM binaaan perusahaan. Sebagai salah satu BUMN, PJT I berperan aktif dalam menjaga keharmonisan dengan karyawan, keluarga dan komunitas yang ada di sekitar dimana salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup bersama.
Hal tersebut sendiri dilaksanakan melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang berkomitmen untuk mensejahterakan komunitas dan masyarakat sekitar yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga dengan memperhatikan kondisi sosial dan lingkungan.
Bapak Milfan Rantawi menyampaikan bahwa program TJSL merupakan komitmen perusahaan untuk turut berkontribusi dalam membangun ekonomi berkelanjutan. Menurutnya melalui fungsi TJSL dan peran sebagai BUMN, PJT I berpartisipasi aktif dalam upaya membantu UMKM khususnya mitra binaan yang terdampak pandemi Covid-19. “Kami bantu UMKM bertahan, bangkit dan maju bersama, dengan memberikan bantuan program kemitraan, pendidikan dan pelatihan mengelola keuangan dan mengenalkan produk UMKM ke masyarakat,”tutupnya mengakhiri pembicaraan.
—————————————————
Sub Divisi Humas dan Informasi Publik
Add a Comment